English (United Kingdom)Indonesian (ID)

Wayang

 

 

 

 

Ketika anda berada di Jawa, anda akan segera melihat berbagai wayang kulit dengan berbagai bentuk dan warna-warni. Pajangan wayang terlihat dibanyak tempat, di bandara, hotel, toko, pasar, rumah penduduk bahkan di istana.

Di cerita kuno Ramayana dan Mahabarata kita kenali banyak tokoh wayang. Pagelaran wayang kulit klasik sampai saat ini tetap merupakan hiburan unggulan dikalangan orang Jawa. Pertunjukan wayang diadakan semalam suntuk mulai dari jam 09.00 malam sampai jam 05.00 pagi. Diperlukan kurang lebih 8 jam untuk menggelar sebuah cerita wayang baik dari Ramayana maupun Mahabarata.

Orang mengenal dengan akrab tokoh-tokoh wayang Ramayana seperti : Rama, Sinta, Laksmana, Rahwana, Kumbakarna, Anoman, Sugriwa, Indrajit dll.

 

 

 

 

Dari Mahabarata yang kondang antara lain : Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa, Duryuduna, Kresna, Durna, Sengkuni, Karna, Drupadi, Srikandi, Antareja, Gatotkaca, Antasena dll.

Tokoh dewa yang terkenal antara lain :Betara Guru, Narada, Brama, Wisnu, Surya dsb.

 

 

 

 

Ponokawan yang dikenal akrab adalah Semar dan ketiga anaknya yaitu : Gareng, Petruk dan Bagong.

 

 

 

 

Dalam setiap pertunjukan wayang, dari waktu ke waktu Ki Dalang memainkan wayang Gunungan. Gunungan penting artinya dalam pertunjukan wayang kulit karena gunungan merupakan symbol dari daya hidup dari Sang Pencipta. Gunungan dimainkan pada waktu dimulainya dan diakhirinya pagelaran. Juga dimainkan pada waktu pergantian setiap adegan, juga dipergunakan untuk menggambarkan gunung, angin, laut, awan dan rintangan besar.

Wayang adalah warisan budaya kuno milik orang Jawa yang sampai saat ini tetap popular dan sangat mempengaruhi kehidupan panggung seni.

Menurut para ilmuwan dan ahli sejarah, wayang telah ada di Jawa sebelum datangnya pengaruh Hindu. Cerita Ramayana dan Mahabarata yang dipentaskan disini adalah menurut versi Jawa. Banyak orang yang percaya bahwa kejadian dalam wayang sebenarnya adalah kejadian di Jawa dan dengan pelaku orang- orang Jawa.

 

 

 

 

Sejak masa pemerintahan Ratu Sri Maha Panggung ( Raden Jaka Pakukuhan) di abad keempat di karaton Jawadwipa di Gunung Gede, dimulailah pergelaran wayang dengan cerita Ramayana dan Mahabarata versi Jawa.Ratu Airlangga dari Jawa Timur di abad ke 11 mengembangkan lebih lanjut seni budaya wayang.


Wayang dengan lakon Sri Mulih

Selain cerita Ramayana dan Mahabarata, ada juga cerita asli lokal dengan lakon Sri Mulih artinya Dewi Sri pulang.

Pertunjukan wayang dengan lakon Sri Mulih diadakan oleh penduduk desa dalam acara ritual tradisional setelah panen raya setahun sekali. Para petani merasa bersyukur atas hasil panen padi dan hasil bumi yang lain yang melimpah , mereka berterima kasih kepada Dewi Sri, dewi padi dalam acara tradisional Bersih Desa.


Pagelaran Wayang Kulit

Pertunjukan wayang kulit akan berjalan lancar dan baik, bila ada ;

  1. Penanggap wayang baik perorangan maupun institusi yang mau menanggap wayang ( Sing Nanggap dalam bahasa Jawa).
  2. Dalang yang mendalang dan memimpin pagelaran.
  3. Panggung wayang lengkap dengan kelirnya yang disinari oleh lampu blencong( lampu minyak) dan digantungkan diatas tempat duduk dalang; wayang-wayang yang ditata rapi; gamelan dan para penabuhnya termasuk para pesinden.( Beberapa orang menyaksikan pertunjukan dari belakang kelir, mereka melihat bayangan/ wayang, itulah asal mula penggunaan kata wayang. Sedangkan penonton yang lain melihat dari depan kelir/layar).






  4. Sebelum pagelaran, dalang telah diberi tahu oleh penanggap judul cerita yang dipilih.
  5. Tidak lupa sesaji yang disiapkan , yang hakikatnya adalah merupakan permohonan kepada Gusti, Tuhan agar pertunjukan  berjalan lancar dan selamat, demikian pula dalang dan anak buahnya dan juga para penonton.


JagadKejawen akan menampilkan tahap demi tahap cerita dan filosofi wayang.


JagadKejawen,
Suryo S.Negoro